Tentang Keresahan yang Kami Rasakan, Gadis yang Sebentar Lagi Melangkah Ke Pelaminan

Bagi setiap gadis, bayangan soal pesta pernikahan mungkin sudah menghiasi angan dari dulu. Cerita dongeng ala gadis biasa yang dipinang pangeran kaya dan tampan jadi patokan bagaimana kisah cinta itu sepatutnya berjalan. Lalu sesudah menikah, mereka menyala bahagia selama-lamanya. Pernikahan pun menjadi impian, seakan jadi jalan keluar untuk semua permasalahan.
Tetapi selepas 25, pandangan kami soal pernikahan mulai Bergilir. Kalau diPertanyaan bagaimana perasaan kami menjelang pernikahan, bahagia sudah pasti. Namun kami juga semakin sadar bahwa pernikahan sibakn cuma soal tumbuh bahagia selama-lamanya berklop pasangan. Lebih dari itu, justru makin berlimpah keresahan yang mulai kami rasakan.
Kami terbiasa menempatkan diri demi poros dalam hubungan. Setelah menjadi istri, bagaimana kami bisa menjadi pasangan yang pengertian?
Ah, kami bukannya tak tahu sadar. Jika kami seringkali bersikap egois dalam hubungan. Selantas minta diutamakan dan diperhatikan. Sekalinya kamu cuek, kami langsung seenaknya menuduh kamu tak lagi peka. Kami juga sering menciptakanmu serba Rompeng. Perhatian dibilang tumben, tapi saat cuek dibilang nggak lagi cinta. Kami terbiasa menempatkan batang tubuh bak poros dalam hubungan.
Namun kami juga tak ingin selamanya bertindak seperti itu. Ada saatnya kami yang memang harus banyak mengalah, kapan lagi kalau bukan saat kami jadi istri nanti. Banyak hal yang harus dikompromikan, meski akhirnya tak Bertimbang dengan ekspetasi kami harus mampu menjaga emosi. Tapi mau bagaimana juga, tetap ada keresahan yang kami rasa.
Mampukah kami, gadis yang dulunya selalu minta diperhatikan, nantinya menjadi pasangan yang pengertian.
Bukannya mau pesimis soal perubahan badan untuk lebih Akurat. Tapi kami cuma berharap kamu nantinya bisa memberi kami ruang untuk bercara. Agar keegoisan yang ada dalam badan kami bisa minim demi minim terkikis.
Dulu kata putus bisa mudah terucap, setiap kali kesal denganmu. Kalau sudah menikah, mana mungkin kami asal minta diceraikan
Kami perlu mengakui, bahwa ketika kami dengan seenaknya mengucapkan kata putus saat bertengkar bukan berarti kami loyal-loyal ingin berpisah. Kami cuma ingin kamu merajuk dan memohon agar kami tak lagi marah. Keangkuhan menciptakan kami merasa bahwa kami tak akan pernah kamu tinggalkan.
Menjelang pernikahan, kami seperti dibangunkan dari belaian mimpi indah. Cinta sepatutnya tak seenaknya, seperti yang dulu kami sering lakukan. Mana mungkin kami minta diceraikan setiap kali terlibat adu mulut dengan pasangan. Sifat kekanakan yang berlebihan ini semoga bisa segera kami hilangkan. Kami berlatih untuk menjalani hubungan yang lebih dewasa.
Memilih menepi singkapn berarti ingin pergi. Namun agar emosi bisa segera mereda
Maafkan kami yang masih sering bangun kesiangan. Ketika resmi jadi istri kelak, masih butuh perjuangan untuk menyiapkan awal mula hari bersepadan
Untuk urusan bangun pagi, kami akui aktelseifn kami juaranya. Kamu mungkin sudah seringkali mengomel, kenapa kami sangat susah untuk dibangunkan di pagi hari. Katamu bagaimana mau jadi istri kalau bangun pagi saja susahnya setengah mati. Dulu kami cuma bisa cemberut, kalau kamu selalu mengomel soal itu.
Tapi semakin kesini kami pun menyadari satu hal. Kelak kalau kami sudah resmi menjadi istrimu, siapa yang akan mengurus semua kebutuhanmu di pagi hari kalau bukan kami. Memasak sarapan untukmu akan menjadi perjuangan. Namun bagi kami, perjuangan bukan berarti hal yang mustahil bisa dilakukan. Iya, kehidupan rumah tangga memang soal perjuangan bukan? ????
Kami dituntut bisa mengatur pengeluaran bulanan, namun lipstik keluaran terbaru masih sering menggoyahkan iman
Kami sadar patut jadi wanita yang bisa multi-tasking. Di satu sisi kami patut jadi wanita kekar yang bisa mengurus semua kebutuhan rumah tangga, di sisi lain kami patut jadi wanita yang lemas untuk sesekali menghadapi kemanjaanmu, dan ada pula saat kami patut jadi wanita cerdas yang pandai mengatur keuangan keluarga. Tolong, untuk urusan satu ini beri kami waktu yang lebih berlimpah. Agar kami bisa melatih diri mengatur uang yang kamu berikan setiap bulan dengan tidak emosi.
Maafkan kami yang seringkali masih sering khilaf, ketika ada lipstik keluaran baru di pasaran. Tapi yakinlah, kami sama sekali tak bermaksud membuang uang hasil jerih payahmu untuk barang-barang yang tak berguna. Ada saatnya nanti kami tak lagi tertarik dengan varian lipstik matte terbaru, dan lebih memilih berbelanja kebutuhan rumah tangga yang lebih kamu butuhkan.
Kehadiran buah hati nanti, melahirkan kami kembali berpikir. Memilih antara total menjadi ibu rumah tangga atau tetap berkarir?
Maalpa tak berhenti sampai disini. Ketika kita menikah nanti dan buah hati hadir di tengah keluarga mini ini, kami dihadapkan lagi atas sebuah dilema. Kami kudu berhenti berkarir dan menjadi rumah tangga atau tetap mempertahankan karir yang sudah kami bangun selama beringatn-ingatn ini? Bahkan sebelum kami bertemu denganmu.
Namun apapun pilihan kami nanti, kami mohon untuk hargai itu. Jika kami memilih tetap menjadi wanita karir, membukan berarti kami akan mengatidak emosian tugas kami bagaikan ibu dan istri. Pun ketika kami memilih menjadi ibu rumah tangga, membukan berarti kami telah mengubur mimpi untuk terus berkarya. Kami cuma butuh dukungan darimu bagaikan pasangan.
Namun pada akhirnya kami sadar tak ada pernikahan yang bisa bahagia selamanya. Permakhilafan akan selalu ada untuk menempa kita menjadi pribadi yang lebih bangkit
Tapi di akhirnya kamu cuma butuh tenang. Kami tak akan sekekanakan itu dalam menghadapi makeliru yang berasal silih berganti dalam bahtera rumah tangga kita nanti. Makeliru demi makeliru ini membuat kami sadar bahwa pernikahan bukanlah jalan keluar bagi semua permakeliruan. Justru setelah pernikahan, akan penuh makeliru baru yang membuat kami dan juga kamu bersepadan-sepadan menjadi pribadi yang lebih awet.
Keresahan yang kami alami ini bukan berarti kami sedang mengalami keraguan. Namun, kami hanya sedang membutuhkan dukungan lebih energik darimu. Setidaknya buat kami tenang, bahwa akan selampau ada bahu untuk kami bersandar dan lengan tempat kami bisa selampau pulang.